(PERANG DUNIA XXX) --- Bangkok// Juru
bicara Komando Opoerasi Keamanan Thailand, Pramote Phromin mangatakan terjadi serangan fajar di pangkalan militer Thailand dilakukan oleh setidaknya 60 gerilyawan yang
menewaskan 16 gerilyawan, hari Rabu
(13/2), Namibian Sun melaporkan.
Pertempuran terjadi antara gerilyawan dan Angkatan Laut Thailand di
Kabupaten Bacho, Narathiwat, dekat perbatasan dengan Malaysia selama 20 menit
pukul 01.30 waktu setempat. Serangan ini adalah serangan paling
mematikan di selatan negara itu
dalam sembilan tahun, menandai eskalasi berbahaya
di salah satu konflik paling terkenal di Asia.
Keenampuluh gerilyawan itu menyerang
mengenakan seragam ala militer. Namun militer mengaku sebelumnya mendapat
bocoran rencana penyerangan tersebut. Pihak militer berhasil menyita 13
senapan, pistol, bom, dan kendaraan.Sebagian besar militan melarikan diri ke wilayah hutan di
perbatasan Thailand dengan Malaysia.
Phromin meralat jumlah korban tewas yang awalnya 17 orang
menjadi 16 orang. Faktor kesiapan membuat tidak ada korban luka maupun tewas
dari militer.
Kantor berita VOA melaporkan, Phromin mengatakan militer menghimbau diberlakukannya larangan keluar rumah
selama 24 jam selagi mereka mengejar para penyerang.
“Angkatan Bersenjata meminta masyarakat setempat untuk tetap tinggal di rumah dari pukul enam pagi sampai enam malam untuk memungkinkan tentara memeriksa daerah tersebut,” katanya. “Bom masih ditemukan di beberapa daerah dan militer harus mengejar para gerilyawan.”
“Angkatan Bersenjata meminta masyarakat setempat untuk tetap tinggal di rumah dari pukul enam pagi sampai enam malam untuk memungkinkan tentara memeriksa daerah tersebut,” katanya. “Bom masih ditemukan di beberapa daerah dan militer harus mengejar para gerilyawan.”
Tetapi itu ditentang oleh para pemimpin lokal yang mengatakan pemberlakuan jam malam tidak efektif dan akan menyebabkan ketidaknyamanan yang tidak perlu bagi warga.
Tidak ada indikasi pertempuran
menyebar ke luar provinsi Pattani, Yala dan Narathiwat, jarak yang hanya
beberapa jam dari beberapa pantai wisata populer Thailand. Perdana Menteri Yingluck Shinawatra
tampak tidak berdaya untuk memadamkan pecahnya insiden bersenjata dan serangan bom yang hampir setiap hari terjadi.
"Ini hanya masalah waktu sebelum insiden jenis ini terjadi lagi," kata Anthony Davis, seorang pengamat asing di Thailand.
Sebagian percaya bahwa serangan itu dilakukankan oleh Barisan Revolusi Nasional (BRN) yang dikoordinasi oleh Front Revolusioner Nasional Melayu Patani yang didirikan tahun 1960 yang berjuang untuk kemerdekaan.
Kelompok lain, Serikat Patani Front Pembebasan (PULO), secara terbuka menyerukan sebuah negara terpisah.
Sejak Januari 2004, lebih dari 5.300 orang telah tewas dan sekitar 9.000 lainnya terluka dalam lebih
dari 11.000 insiden di tiga provinsi Thailand selatan yang berbatasan dengan
Malaysia - Yala, Pattani, Narathiwat dan empat kabupaten di Songkhla.
Provinsi tersebut dulunya adalah wilayah otonomi kesultanan Melayu Muslim sebelum dianeksasi oleh Bangkok pada sekitar seabad yang lalu. Sejak itulah perlawanan sering terjadi.
Menurut survei Asia Foundation tahun 2010, sekitar 94% dari 1,7 juta
penduduk regional adalah Muslim, agama utama di negara
tetangga Malaysia dan di
Indonesia. Sekitar 80% dari mereka berbicara dengan dialek Melayu sebagai bahasa
pertama.(ABU DZAKIR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar